Oleh : Syaiful Harun
Pemerhati Masalah Sosial Politik tinggal di Padang
Padang Ekspres • Senin, 18/02/2013 12:03 WIB • 709 klik
Ibnu Khaldun, filosof besar Islam pernah berucap bahwa ‘Sejarah adalah menyangkut peradaban manusia’. Dilain waktu George Santayana, seorang filosof Spanyol, mengingatkan semua anak manusia dengan falsafah: ‘Those who fail to learn the lessons of history are doomed to repeat them’ (barang siapa yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah dipastikan akan mengulang sejarah itu!).
Ucapan sangat atentif kedua
filosof besar ini menjadi catatan penting, peringatan bagi sekalian
manusia yang berakal budi, terutama bagi anak bangsa yang pernah
mengalami masa gelap tragedi kemanusiaan menimpa negeri ini.
Sebuah nasihat lain datang dari tulisan di kuburan massal korban kekerasan di Gwangyu Korea, bahwa, ‘Sejarah kelam yang diingkari, berpotensi untuk diulangi!’.
Peristiwa gelap dan kelam
sejarah kehidupan manusia sering terjadi di negara yang dikendalikan
oleh rezim otoriter. Negara Jerman pernah diperintah oleh Adolf
Hitler, menamakan dirinya ein Fiihrer dengan ideologi politik
Nazi, memerintah Jerman dengan tangan besi, tidak manusiawi. Hitler
menganggap Jerman diatas segalanya (Deutschland über alles)
menjadi sabda ampuh dirinya menaklukkan negara tetangga bahkan dunia!
Lawan-lawan politiknya, kaum sosialis, Yahudi dan Komunis dihabisi tanpa
ampun. Hitler menjadi serigala bagi orang lain (homo homini lupus).
Beberapa tempat bukti sejarah
masih berdiri. Eks kamp-kamp konsentrasi tempat penyekapan,
pembantaian diberbagai tempat, seperti kamp konsentrasi Auschwitz di
Polandia, kamp konsentrasi di Brandenburgische Gedenkstatten
(Jerman), kamp penyiksaan di memorial Sachsenhausen dll.
Secara keseluruhan lebih dari 7
juta rakyat Jerman dibunuh selama Hitler berkuasa (1933 – 1945).
Sejarah tentang kekejaman terhadap kemanusiaan dan peradaban (crime against humanity and civilization) yang dilakukan Nazi (Hitler) Jerman adalah kekejaman luar biasa yang pernah terjadi dimuka bumi! Sebuah holocaust mengerikan!.
Tragedi kemanusiaan lain yang
pernah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin otoriter di berbagai negara yang
memerintah dengan tangan besi, tanpa batas. Tragedi Tien An Men di
negara komunis China (3 / 4 Juni 1989) menyebabkan terbunuhnya ribuan
mahasiswa oleh militer China. Para mahasiswa dan masyarakat sipil yang
menyerukan pemerintahan sipil yang demokratis justru ditembak secara
brutal tanpa sense of humanity!.
Kejahatan perang dan kejahatan
terhadap kemanusiaan juga terjadi ditempat lain. Serbia – Bosnia
sebagai negara pecahan Yugoslavia, juga tak luput dari tangan besi
Radovan Karadzic serta komandan militer Jenderal Ratko Mladic (tahun
1992 – 1995). Pol Pot, eks pemimpin komunis Kambodia dengan kejam
membantai rakyatnya tanpa ampun.
Di-guntur-kan
Mereka masukkan kamu kedalam
sel yang gelap / Tanpa lampu / Tanpa lubang cahaya / Pengap / Tak ada
hawa / Tak ada angkasa / Terkucil / Temanmu beratus-ratus nyamuk semata
/ Terkunci / Tak tahu dimana berada!.
Bait puisi diatas adalah sebuah
catatan pahit perjalanan hidup WS. Rendra, seniman kondang Indonesia
yang pernah dijebloskan penguasa Orde Baru ke penjara Guntur yang
menjadi tempat menakutkan dan mengerikan ala kamp penyiksaan Auschwitz
Jerman. Orang-orang yang disangka komunis, aktifis mahasiswa, aktifis
pro demokrasi, mujahid Islam atau siapapun yang berseberangan pandangan
politiknya dengan penguasa rezim Orba pernah merasakan pedihnya kamp
penyiksaan Guntur, berlokasi di jalan Guntur Manggarai Jakarta. Istilah
lain lebih dikenal dengan term “di-Guntur-kan”.
32 tahun Indonesia tercengkeram
kekuasaan absolut, otoriter, terjadi hukum rimba di negara yang
dikatakan Pancasilais ini. Kurun waktu itu dinamakan era Orde Baru.
Disaat ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran HAM berat secara
terstruktur, masif dan sistematis. Era Orde Baru menjadi era gelap
sejarah kemanusiaan di Indonesia. Berbagai tragedi kemanuisan kejam,
brutal tanpa perikemanusiaan, melawan hukum, menginjak-injak civilization
(peradaban). Tindakan-tindakan brutal non manusiawi, represif,
koersif dilakukan sepanjang tahun 1965 – 1998 oleh rezim Orba dibawah
Soeharto (baca buku : Militer dan Politik Kekerasan Orde Baru, Tim LIPI, 2001 dan Neraka Rezim Soeharto, Margiono, 2007).
Lawan-lawan politik dicap dengan berbagai stigma seperti komunis, GAM/ GPK (di Aceh), anti Pancasila, anti kemapanan dsb.
Killing field
(ladang-ladang pembantaian) ala Nazi Hitler terjadi hampir diseluruh
nusantara. Diawali Oktober 1965 rakyat yang diduga dan dicap komunis
dibunuh, dilempar kekali tanpa sense of humanity (perikemanusiaan), tanpa diadili menurut prosedur hukum!.
Operasi Militer (DOM) Aceh
(1988 – 1998), termasuk penembakan terhadap santri di Meunasah
Bantaqiah meninggalkan kepedihan dan luka mendalam bagi rakyat serambi
Mekkah!. Tragedi berdarah terhadap kaum Islam di Tanjung Priok (1984),
Talangsari (Lampung), Haur Koneng, Majalengka, Nipah Madura, Kedung
Ombo Jawa Tengah, meninggalkan kepedihan mendalam duka rakyat luar
biasa. Ada lagi kasus penembakan misterius (1982) tanpa proses hukum,
penyerangan markas PDI (27 Juli 1996), tragedi Santa Cruz dan Invasi ke
Timtim tahun 1972, peristiwa ninja bertopeng (dukun santet) Banyuwangi
(tahun 1997 – 1998).
Belum lagi
penangkapan-penangkapan terhadap aktifis mahasiswa dalam peristiwa
Malari (Herman Siregar cs) tahun 1974. Penculikan dan penangkapan
sewenang-wenang, penyekapan, penyanderaan, penyiksaan, penghilangan
paksa terhadap aktifis-aktifis pro demokrasi (Nezar Patria, Andi Arief,
Haryanto Taslam cs). Penembakan terhadap mahasiswa Tri Sakti,
peristiwa Semanggi I, II tahun 1998. Diperkirakan ratusan ribu orang
terbunuh selama kurun era kalabendu ini ! Semua itu tanpa melalui
proses pengadilan dan hukum!.
Pers dibungkam, dikenai pasal haatzai artikelen (pasal
penebar benci) produk Belanda. Surat izin terbit dan izin cetak koran
besar nasional dicabut seperti Indonesia Raya, Abadi, Pedoman, Kompas,
Pelita, the Jakarta Times, Sinar Pagi dan Pers Mahasiswa Harian Kami,
Salemba (UI), Gama (UGM), Kampus (ITB), Airlangga (Unair), Tifa
Mahasiswa (Unand), Majalah Islam Panji Masyarakat dan hampir semua koran
ternama dibreidel. Wartawan kondang Mochtar Lubis, Rosihan Anwar,
Enggak Bahaudin dll di jail (dipenjara).
Kopkamtib membekukan kegiatan
Dewan Mahasiswa semua perguruan tinggi di Indonesia dengan nama
Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK).
Munir Said Thalib, aktifis Hak
Azazi Manusia (HAM), duta universal Islam yang mendapat penghargaan
dunia, juga menjadi korban kecurigaan dan kezaliman era Orba sampai
meninggal diracuni dipesawat penerbangan Jakarta – Singapura dan
Amsterdam. Sayang semua kasus pelanggaran berat HAM era Orba masih
belum berhasil dituntaskan pemerintah. Operator dan konseptornya tak
tersentuh!. Ini merupakan sebuah enigma (teka-teki) bagi sejarah NKRI.
Dalam hierarkis militer, tak
ada prajurit yang salah. Secara logika prajurit hanya menjalankan
perintah atasan. Yang bertanggung jawab adalah Sang Jenderal ( Jendral
Mac Arthur). Hal ini menjadi test of history bagi negara yang dikatakan ber Kemanusiaan yang adil dan beradab ini.
Tulisan ini merupakan peringatan, catatan penting dan atensi bagi kita semua agar tak lengah dari humanity crime sebuah rezim penguasa despotis. Sejarah adalah guru kehidupan, agar yang baik dijadikan contoh, yang buruk dibuang!.
http://padangekspres.co.id
No comments:
Post a Comment